Thursday, April 3, 2008

Menantu untuk Bapak

Menantu untuk Bapak
Bapakku bilang, jangan pernah percaya pada perempuan. Mulutnya lebih ganas dari bisa ular paling beracun sekalipun. Perempuan adalah satu makhluk yang harus diwaspadai, ingat itu, demikian selalu kata bapakku.
Tapi, mengapa aku sekarang mencintainya? Mengharapkan perempuan itu datang menyentuhku? Sekedar bilang halo kepadaku? Benarkah aku benar-benar mencintainya?
***
Bapakku tidak pernah menikah. Entah, apakah telah tepat aku memanggil lelaki itu dengan “bapak” sebab selama ini tangan pria yang setiap saat bersamaku itu begitu lembut, perasaannya sehalus ibu, ia pandai memasak, bahkan ia, kurasa, lebih keibuan dari sekian banyak ibu teman-teman yang kukenal. Lebih dari itu semua, lelaki yang baru beberapa tahun silam kupanggil bapak itu –sebelumnya kau memanggilnya ibu- dalam kesehariannya memakai rok, pakaian wanita. Tidak salah, aku dibesarkan oleh seorang banci, wandu, wadam, atau apalah kalian menyebutnya.
Aku tak pernah malu pada profesi bapakku meski hampir tiap detik hinaan dan celaan menerpa kupingku. Sudah biasa dan bapak cuma bilang, ”Sabar ya, Fer. Mereka cuma bisa bilang seperti itu, tapi mereka tak pernah bisa merasakan apa yang bapak rasa. Besok kalo kamu gede juga tahu gimana rasanya hidup dalam masyarakat sakit seperti ini”. Saat itu aku tak mengerti apa maksud dari deretan perkataan itu. Tak ada, kecuali semangat bapak untuk menjadikanku selalu lebih baik dari mereka.
Ferdi, aku suka nama yang diberikan bapak kepadaku itu. Tapi aku tak suka pada perempuan yang telah melahirkanku. Kenapa ia membuangku? Benarkah aku bayi hasil hubungan gelap?
Malam itu bapak sendirian. Degup jantungnya berpadu dengan rintihan air hujan yang berebut jatuh. Petir menyambar. Lalu terdengarlah tangisan pertamaku. Aku takut petir, sampai sekarang. Naluri keibuan bapakku muncul. Ia mengambil tubuh rentanku dari balik belukar, belukar yang tak akan pernah dipangkas sampai nanti agar aku selalu ingat bahwa aku berasal dari sana, bukan dari rahim perempuan! Bapak tak tahu harus memanggilku apa. Lantas, ia pun mencomot nama pacar pertamanya. Ferdi. Jadilah itu namaku. Ah, Bapak, kini kau tak lagi seperti dulu. Ketuaan mulai merenggutmu, belukar di kepalamu mulai menjamur, dan atribut kewanitaan itu pun telah kau tanggalkan. Tapi, maaf, aku tidak pernah bisa menjadi seperti yang Bapak minta. Aku memang tidak feminim seperti Bapak, tapi mengapa aku tidak pernah bisa mencintai perempuan? Bapak sering menangis mendengar itu, “ Fer, bapak yang salah. Selama ini bapak selalu mengajarimu dengan didikan yang tidak benar. Cintailah perempuan. Jangan seperti bapak. Bapak seorang pendosa, Fer!”
“Bapak bukanlah pendosa. Perempuan yang telah membuang saya ke belukar itulah si pendosa. Andai ia masih hidup, saya pun tak sudi disuruh mengakuinya sebagai ibu. Ibu saya adalah Bapak. Kalo saya tidak bisa mencintai perempuan itu bukanlah salah Bapak. Saya telah memilih untuk menjadi seperti ini. Saya harap Bapak berhenti menangis dan menyalahkan diri sendiri”
“Fer, Bapak tak tahu harus bersedih atau bahagia. Kau memang benar–benar telah dewasa. Kapan kau berangkat?”
“Lusa. Bapak tetap yakin tak mau ikut dengan saya?”
Bapak menggeleng. “Siapa nanti yang bakal mengurus Bapak? Bapak akan sendirian di kampung ini!”
“Bapak mencintai tempat ini, Fer! Sampai kapan pun Bapak akan tetap di sini. Menanti dirimu beserta calon istri, manantu bapak, Fer!”
**
“ Fer, lunch bareng yuk!”
Suara dari seberang itu merengek.
“Sorry, aku sibuk, Far! Next time aja ya!”
“Kenapa sich akhir-akhir ini kamu seolah menghindar?”
Aku terdiam. “Kenapa? Kamu menyesal setelah apa yang terjadi malam itu? C’mon, don’t be childish, man!”
“Sorry, Far. Aku benar-benar sibuk. Nanti kutelpon. Bye”
Sialan. Wanita itu datang lagi. Aku takut benar-benar jatuh cinta kepadanya. Aku tidak boleh mencintainya karena dia seorang wanita.

to : Suicide61@hotnail.com
from : S0nykoe@yahoo.com
Dear, beauty…
Beauty, maaf kalo sikapku selama ini membuatmu ragu dalam kebimbangan. Kau boleh bilang aku munafik dan pengkhianat. Tapi aku belum bisa mempercayaimu sepenuhnya. Itulah mengapa aku selalu mengulur waktu untuk mengungkapkan isi hatiku yang sebenarnya kepadamu. Aku takut membuat kesalahan lagi seperti dulu. Apalagi di dunia kita ini, kesetiaan telah hanya menjadi jargon, dan aku tak mau itu terjadi pada kita, Beauty-ku.
Sekarang semua terserah kamu, Beauty. Pilihan ada di tanganmu. I miss u.
Love,
Beast.

Reply:
Beast, aku teramat menggilaimu. Aku ingin tiap saat mendengar suaramu. Maaf, bila aku telah terlalu banyak menuntutmu. Tapi percayalah aku hanya benar-benar sayang padamu. Jangan biarkan aku sendiri dalam keraguan menantimu, Beast.
SMS aku kalo mo on-line ya!
See ya….
Beauty.
***
“Cinta. aku lagi kenal cowok, namanya Ferdi. Sekantor sama kita, cuma beda lantai”
“Kenapa? Kamu naksir?”
“Idih, bawaannya jealous mulu. Dengerin donk!”
“Awalnya sich gitu, ntar lama-lama juga cinta, awas ya!!”
“Cinta, aku ma Ferdi dah pernah bobo bareng lho!”
“Kumat dah biseksnya. Kamu ngebayangin aku ga sich pas ML ma dia?”
“Ternyata enak yang asli dech…..Ha..ha…..”
“Tuch kan….”
“Kita nglakuinnya by accident. Aku sich yang iseng, dia sekong ngga sich? Soalnya selama ini dia dingin-dingin aja ma perempuan. Eh, ngga tahunya buas juga di ranjang…..”
“So?”
“Tapi kayaknya dia nyesel dech, coz setelah itu dia selalu ngindar dariku. Ngga’ tahu kenapa, takut dosa atau dia malah jatuh cinta ma gue? Ha..ha..”
“Fara, kamu tega ya! Kok bisa sich kamu nglakuin gituan ma orang tanpa cinta. Jangan-jangan selama ini kamu juga ngga pernah cinta ma aku!”
“Tergantung”
“Kok?”
“Dah ya…mpe ketemu besok di kantor. Malam, sweety!”
“…….”
Tut.
**
LCD hp-ku menyala. Suara ringtone-nya membangunkan tidurku. Mau kuangkat. Ah, ternyata cuma miscall. One message received.
Beauty, dah bobo ya? Masih inget janji kita? Aku tunggu sekarang ya?
Sender
My-beast.
0817445249

aku ngantuk nih! Biar melek telpon dulu donk..! pingin banget denger suara kamu. Bilang dong kalo Beast cinta ma Beauty! Pls…..
sender
beauty
08156505916

nick beauty apa? Iya dech, aku telpon sekarang.
Sender
My-beast
0817445249

LCD hp-ku kembali menyala. 0341 56473. Nomor wartel. Dengan semangat kuangkat.
“Beast, is that you?”
“Beauty, manja amat sich!”
“Biarin. Beast, bilang dunk kalau Beast cinta ma Beauty”
“Nick Beauty apa ntar?”
“Bilang dulu!”
“Ehm…..I LUV YOU”
“Kok gitu sich. Mesra dikit dunk!”
“I LUV YOU”
“Ah, Beast! jayus dech!”
“Beauty, sayang. Beast emang kayak gini. Beast tetaplah beast yang ngga pernah bisa jadi pujangga. Beauty ngerti khan?”
“Maafin Beauty ya, Beast”
“Ya, udah. Ngga papa. Nick kamu ntar apa?”
“Bicara_cinta. Keren ngga?”
“Cepetan ya. Aku kangen ma kamu. See yaa.”
***
“Fer, aku sayang kamu. Cinta, Fer”
“Far, aku ngga bisa. Dan aku yakin kamu pun tak bisa. Aku tahu kayak apa kamu sebenarnya, Far. Kamu sama kayak aku khan?”
“Maksudmu?”
“Sudahlah jangan pura-pura”
“Kayaknya kita perlu bicara panjang dech, Fer. Tapi ngga di sini”
“Kapan pun kamu mau”
“ Kafe Sagara. Jam 9 malem. Ngga pake telat ya!”
“Ok. Tapi dihabisin dulu makan siangnya. Sayang, dah bayar!”
“Ok. Met makan”
***
lost boy > hai, lama ya…..
bicara_cinta > is that u beast?
Lost boy > apa kabar, Beauty?
Bicara_cinta > aku baik2 saja. U miss me?
Lost boy > yakin nich malam temanya cinta?
Bicara_cinta > yup. Why?
Lost boy > Reza,bener2 sayang ma I?
Bicara_cinta >Sony juga khan? Beast, serius khan ma Beauty?
Lost boy > Rez, sebenarnya aku pingin banget bilang sayang ma kamu.
Bicara_cinta > ?
Lost boy >Rez, mulanya aku tak pernah berpikir kamu bakal menganggap ini serius. Aku cuma main2. tapi dari hari ke hari aku malah semakin serius menanti miscal, sms, imel,dan telpon darimu. Dan tiba2 sekarang aku pingin bersama kamu. Rez, boleh ga aku nyium kamu?
Bicara_cinta > Aku juga, Beast. Tapi gmn? Aku belum pernah ciuman. Ajarin aku ya?
Lost boy > Rez, pejamin mata kamu ya.
Bicara_cinta > udah. Terus?
Lost boy > biarkan bibirmu terbuka dan siap menerima hangat bibirku. Aku….
Bicara_cinta > seandainya kita bisa bertemu, Beast. Aku benar2 sayang kamu.
Lost boy > aku juga, my beauty.
Bicara_cinta > beast,aku ga bisa nafas
Lost boy > sory. Aku meluknya terlalu erat ya….
Bicara_cinta > beast…
Lost boy > rez….
Bicara_cinta > beast…
Lost boy > rez…..
**
“Mari kita melakukannya”
“Melakukan apa?”
“Mencoba membuat rumah tangga”
“Jangan main-main”
“Siapa yang main-main?”
“Mana mungkin?”
“Apa yang ngga mungkin?”
“ Mmm…, ki…ta…Kita berdua? Menikah?”
“Ya. Kawin, punya anak. Kamu menjadi Bapak dan aku Ibu. Pembagian yang cukup adil kan?”
“Tapi…”
“Kamu homo dan aku lesbian?”
“Benar. Meski kita pernah bercinta, bukan berarti kita bisa saling benar-benar cinta, Far!”
“Reza..Reza..kamu ini aneh. Asal kamu tahu, kejadian malam itu aku cuma mo ngetest, aku masih bisa ngga sama lelaki? Ternyata aku bisa dan fine-fine saja. Malah, sekarang aku mungkin telah jatuh cinta sama kamu, Rez”
“Bagaimana kalo tiba-tiba aku pingin ketemu bf-ku dan kamu juga ingin menyentuh femme kamu?”
“Ya udah. Samperin aja. Toh itu dah jadi adat kita. So what’ s wrong? Aku tahu kamu gitu dan sebaliknya, kamu juga ngga ada hak untuk marah kalo tiba-tiba aku seranjang sama femme-ku?”
“Anak-anak kita?”
“Jangan sampai mereka tahu”
“Bagaimana?”
“Itu urusan nanti. Bagaimana, kita buat agreement?”
“Ok.”
***
From : Suicide61@hotmail.com
To : S0nykoe@yahoo.com
Beast, rupanya suatu kesalahan mencintaimu. Maaf, biar aku yang mengakhiri ini semua. Aku tak menyangka cintamu padaku sedangkal itu, hanya sebatas kulit fisik. Aku sudah bilang aku tak seindah putri impianmu. Aku pun tak pernah berharap kita bertemu dan membayangkanmu segagah pengeran berkuda putih menjemputku. Sebab itu memang bukan kau, Beast!
Aku menikmati saat-saat kita saling telpon, sms, miscall, dan chat. Semestinya aku bangun dari mimpi ini dari awal, mengapa aku begitu percaya pada percintaan maya seperti ini dan membiarkan dirimu meracuni hari-hariku.? Aku menyesal,mungkin.
Beast, jujur aku masih sayang padamu. Tapi lagi-lagi aku harus terima, bahwa kau memang tak pernah mencintaiku seperti yang kuharap. Biarlah, beauty and the beast menjadi sejarah seperti Romeo dan Juliet, Laila dan Majnun, kamu mau kan? Terima kasih telah mengenalku. Tak akan pernah kulupa ciuman pertamaku denganmu.
Sampai jumpa, kekasihku.
Reza.
Cinta, kayaknya ni sms terakhir dech. Benar katamu, aku ketagihan. Penis ternyata lebih mengasyikkan daripada sesama vagina. Dah ya, kapan-kapan nyambung lagi. Jangan lupa datang di kawinanku ma Ferdi. Bye.
Sender
Fara
08157729484
***
“Bapak aku pulang. Ini menantu bapak”

No comments: